Monday, August 27, 2007

10 Wajah-wajah Inovasi IDEO

Belajar Kembali ke Fitrah Manusia (Human Factor)
Semakin lama perusahaan konsultan desain dari Amerika, IDEO semakin membuat saya kesengsem dan berhayal, kapan saya bisa menerapkan hal-hal ideal seperti yang mereka lakukan. Saya mentracking penerapan ilmu, teknik dan trik inovasi yang mereka lakukan sejak 6 tahun yang lalu, dan selalu mengagumkan. Pada saat saya beli buku "The Art of Innovation", 5 tahun yang lalu, perlu upaya yang lumayan keras untuk memahaminya karena banyak sekali kejutan-kejutan wawasan baru yang fresh. Kini, buku mereka selanjutnya "The Ten Faces of Innovation" lagi-lagi membuat saya kagum. Dari buku ini, kita belajar bahwa inovasi tidak melulu harus mahal dan terkini. Kadang kita cepat silau dengan sesuatu yang canggih dan glamour dan melupakan sisi-sisi manusiawi dari objek yang kita amati dalam proses pemecahan masalah desain. Setelah membaca buku ini semakin miris saya mengenang saat 10 tahun yang lalu saat saya begitu takjub dengan Rapid Prototyping, 3D Modeling, Animasi dan lain-lain didalam proses desain namun ternyata itu adalah (walaupun tetap penting) bukan segala-galanya. Lalu semakin tambah miris lagi saat di sebuah arena pameran bulan lalu saya mengetahui harga mesin Rapid Prototyping masih AS $ 80,000. What an expensive toys to play with. Bagaimana kita bisa menggunakan teknologi ini bila biayanya tidak kunjung turun?

Saya lega dan senang setiap saya menemukan keselarasan pola fikir kreatif didalam disiplin ilmu desain selaras dengan teori-teori inovasi terkini dari literatur-literatur yang saya baca. 3 buku yang saya gandrungi saat ini adalah The Creative Economy , The Ten Faces of Innovation dan The Blue Ocean Strategy. Bila anda baca semua anda akan sadar bahwa kekuatan ekonomi baru berasal dari faktor/value manusia: talenta, imajinasi, kreatifitas. Kembali ke Manusia! itulah pesan dari ekonomi kreatif saat ini.

Buku The Ten Faces of Innovation akan menuntun anda mengaktifkan dan memaksa otak kreatif anda bekerja lebih keras dan membuat anda memahami jati diri object yang sedang anda amati dalam mendesain. Buku ini juga mengajarkan kita yang mengaku kreatif untuk tidak sombong. Orang kreatif tidak hanya orang yang bisa menggambar. Ia bisa saja orang yang kreatif dalam hal belajar memahami secara mengamati dan mencoba-coba segala hal (The Learning Personas), bisa juga orang yang kreatif dalam hal mengatur segala hal dan berkolaborasi (The Organising Personas) dan juga orang yang kreatif dalam hal membangun suasana yang positif dan membangun persepsi (The Building Personas). Berikut ini adalah penjelasan dari buku The Ten Faces of Innovation, saya copy-paste dari websitenya. Ini adalah versi terjemahan bebas ala saya. Silahkan disimak.

1. SIFAT PEMBELAJARAN (THE LEARNING PERSONAS)
Individu maupun organisasi selalu harus memperluas wawasan baru dalam rangka melebarkan ilmu pengentahuanya dan agar dapat berkembang. Jadi Persona pertama dari tiga Persona yang ada berkaitan dengan Sifat Pembelajaran (learning roles). Persona ini memiliki pendapat yaitu, sesukses apapun suatu perusahaan, tidak boleh ada kata puas. Dunia ini senantiasa berubah dan perubahan itu semakin cepat dari waktu ke waktu, ide cemerlang di hari ini bisa jadi tidak relevan lagi dimasa datang. Sifat Pembelajaran ini akan membantu tim anda untuk tidak terlalu fokus terhadap faktor-faktor internal, dan mengingatkan perusahaan untuk tidak cepat puas terhadap apa yang sudah diketahui. Orang-orang yang menanamkan sifat pembelajaran ini senantiasa dengan mudah melempar pertanyaan balik ke dunianya sendiri, dengan demikian mereka tetap terbuka terhadap masukan-masukan baru yang ditemui tiap hari.

a. Sang Antropolog (The Anthropologist). Sang Antropolog jarang berdiam diri. Ia adalah orang yang mengembara di lapangan mengobservasi manusia yang sedang berinteraksi dengan produk, servis, dan pengalaman-pengalaman guna memperoleh inovasi baru. Sang Antropolog sangat pandai menangkap permasalah dari sisi yang baru, memanusiakan metodologi saintifik agar dapat diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari. Antropolog memiliki karakteristik yang khas seperti misalnya falsafah-falsafah keterbukaan, empati, intuisi; suatu kemampuan melihat sesuatu yang tidak kasat mata, minat yang tinggi terhadap konsep-konsep inovatif yang harus dipecahkan; dan menemukan inspirasi dari tempat-tempat yang tidak biasa.

b. Sang Eksperimenter (The Experimenter). Lebih senang dengan proses-proses yang dilalui ketimbang senang pada peralatan ekperimennya, ia senantiasa menguji dan menguji sekenario kemungkinan-kemungkinan sampai akhirnya suatu ide bisa berwujud dengan jelas (tangible). Ia seorang pengambil resiko yang cermat, ia orang yang selalu memodelkan apapun, baik itu berupa produk dan servis bahkan proposal, sampai ia dapat memperoleh jalan keluar yang paling efisien. Si tukang eksperimen ini akan sering berkolaborasi dengan orang lain dengan seru, tetapi tetap menjaga proses eksperimentasi ini didalam kerangka waktu dan anggaran yang wajar.

c. Si Pengawin Silang (The Cross-Pollinator) .Ia mencari asosiasi dan keterhubungan antara gagasan-gagasan yang tak berkaitan menjadi sesuatu yang baru. Ia orang yang memiliki minat akan banyak hal, keingin tahuan yang tinggi, dan bakat dalam belajar serta mengajar, Si Pengawin Silang ini membawa ide-ide cemerlang dari bidang lain dan menjadikannya sesuatu yang baru. Orang-orang seperti ini biasanya openminded, suka mencatat, cenderung berfikir secara metafora, dan mampu memperoleh inspirasi dari keterbatasan-keterbatasan yang ia hadapi.

2. SIFAT PENGATUR (THE ORGANISING PERSONAS)
Sifat yang berikutnya adalah sifat Pengatur. Ia adalah orang yang tangkas dalam bidang yang kadang membuat kepala kebanyakan orang menjadi jutek, yaitu bagaimana tetap menjaga suatu gagasan terus melaju didalam suatu organisasi yang kompleks. Dulu di IDEO, orang percaya bahwa ide yang bagus pasti mampu berbicara dengan sendirinya. Sekarang, pendapat itu tidak cukup lagi. Harus ada orang-orang dengan sifat Sang Pentuntas (The Hurdler), Sang Kolaboratoris (The Collaborator), dan Sang Sutradara (The Director), yang berprinsip bahwa: sebagus apapun suatu ide, tetap harus mau memperhatikan waktu yang tersedia, mau menyediakan perhatian yang cukup dan mau memperhatikan sumber daya yang ada. Orang-orang yang bersifat pengatur ini tidak menganggap proses penganggaran (budgeting), alokasi sumber daya (resource allocation) sebagai "politik" dan "birokrasi" yang menyebalkan. Mereka melihatnya sebagai suatu permainan catur yang rumit tetapi mereka harus menang.

a. Sang Peloncat Rintangan (The Hurdler) adalah seorang problem-solver yang tak kenal lelah yang mau mencoba menyelesaikan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Bila diberi tantangan sang Pentuntas secara bijak melintasi rintangan yang ada dengan tetap tenang dan dengan tekad positif. Optimisme dan motivasi tinggi ini mampu membalik kondisi status quo dan kemunduran menjadi kesuksesan meskipun menghadapi ramalan kiamat yang dikirim oleh Pakar yang kurang berwawasan.

b. Sang Kolaborator (The Collaborator) adalah orang langka yang menjunjung tinggi pentingnya kerja kelompok dibandingkan kerja individualis. Dengan tujuan utama mentuntaskan pekerjaan, Sang Kolaborator membujuk orang agar keluar dari pos-pos kerjanya, dan membentuk tim multidisipliner. Dengan demikian, orang ini menghilangkan pola fikir tradisional disuatu organisasi dan menciptakan suatu kondisi bagi para anggota tim untuk mampu menciptakan aturan-aturan baru. Lebih memposisikan dirinya sebagai pembimbing (coach) dari pada nge Boss, sang Kolaborator perlahan-lahan membimbing tim dengan penuh kepercayaan dan keterampilan sampai perjalanan timnya selesai.

c. Sang Sutradara (The Director) sangat jago memahami "Gambar Besar" dan mampu memahami sifat suatu organisasi. Juga, sang Sutradara berbakat menyiapkan panggung, membidik peluang, memilih pemain-pemain terbaik, dan menuntaskan tugas. Melalui pemberdayaan dan penginspirasian, orang dengan sifat ini memotivasi orang-orang disekitarnya agar masuk ke arena panggung dan siap menghadapi hal-hal yang tidak terduga.

3. SIFAT PEMBANGUN (THE BUILDING PERSONAS)
Empat sifat terakhir adalah sifat pembangun yang menerapkan masukan-masukan dari SIFAT PEMBELAJAR dan memberdayakan masukan dari SIFAT PENGATUR dan akhirnya menciptakan inovasinya. Apabila orang-orang memakai sifat pembangun ini, mereka menonjol didalam organisasinya. Orang-orang ini sangat terlihat, anda akan sering melihat mereka tampil beraksi.

a. Sang Perangkai Pengalaman (The Experience Architect). Sang Perangkai Pengalaman senang merangkai suasana yang ia gali dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan produk, layanan, interaksi digital, ruang, event maupun organisasinya. Ia mampu mengubah sesuatu yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa.

b. Sang Perancang Panggung (The Set Designer). Mencari bebagai cara untuk menghidupkan dan menggerakan energi positif melalui penciptaan kebiasaan/budaya yang bersifat kreatif. Cara kerjanya dalam menciptakan suasana inovatif adalah dengan menciptakan ruangan fisik yang memungkinkan setiap individu untuk saling berkolaborasi. Ia percaya bahwa ruangan fisik adalah salah satu alat yang bisa meningkatkan produktifitas dan inovasi disebuah perusahaan/organisasi.

c. Sang Penutur Cerita. (The Storyteller).Sang Penutur Cerita mampu menangkap imajinasi semua orang dan mengubahnya kedalam narasi-narasi yang mampu menggerakan inisiatif, kerja keras dan inovasi. Ia tidak hanya bertutur dengan kata-kata saja tetapi juga menggunakan berbagai medium yang sesuai seperti video, narasi, animasi bahkan komik. Ia menghubungkan cerita -cerita secara unik, ia mampu membangkitkan emosi juga aksi, mentranformasikan nilai-nilai dan tujuan-tujuan, menggerakan suatu kolaborasi, menciptakan Suri Tauladan (heroes) dan menuntun orang dan perusahaan ke masa depan.

d. Sang Pengayom (The Caregiver). Sang Pengayom adalah sifat dasar dari inovasi berbasis kearifan manusia (human-powered innovation). Bekerja dengan hati, empati, ia berusaha memahami semua customer dan menciptakan hubungan yang erat. Ia bagaikan zuster di rumah sakit, bagaikan seorang sales di toko retail, atau juga bagaikan seorang teller di sebuah perusahaan finansial kelas dunia yang membimbing customer kedalam suatu proses secara nyaman, dan manusiawi (human-centered experience).

No comments: