Wednesday, December 12, 2007

Aktifkan Imajinasi: Kekuatan Kontekstual (The Power of Context)

-Adakah ide yang benar-benar orisinil?

- Bagaimana menjadi orang kreatif yang dicari orang?

"While one often thinks that the creative art, that which is valued as original and new, or unique to a particular culture, time and place, it is as a rule not the case at all. All great and small artists, and cultures to that matter, have been inspired in some generative degree by those that came before or from afar, nourished by inspirational images, ideas and techniques, a continual process of adaptation, internationalization and externalization".

(Jonathan Zilberg, Ph.d. Disampaikan pada ceramah "International Seminar of Visual Arts and Design for the Society", 60 tahun Seni Rupa ITB, 8 Dessember 2007)

Zilberg yang berambut gondrong ini punya dua dunia. Ia adalah seorang peneliti biologi dan seorang antropolog. Kombinasi yang aneh bukan? Pada makalah diatas, Zilberg menjelaskan bahwa terjadinya saling silang gaya (style) antara pelukis-pelukis di manca negara dan ini telah berlangsung dari dulu. Misalnya gaya dari pelukis Itali yang populer, akan dengan mudah mengimbasi gaya pelukis-pelukis dinegara lain. Ia membuktikan adanya kesamaan pola (pattern) antara lukisan seniman dari Batuan, Bali (klik & klik) dengan seniman di Zimbabwe, Afrika. Kok bisa? darimana dia melihatnya ( mengkontektualisasikannya) ? Ia juga mencontohkan adanya pelukis Indonesia yang Van Gogh wannabe. Apakah itu salah? ia bilang tidak. Saya tidak akan membahas lukisan, saya terinspirasi dari keberanian kerangka berfikir Zilberg. Yes! satu jawaban didalam list pertanyaan yang panjang didalam hati saya akhirnya terjawab. Secara singkat saya berkesimpulan, bahwa adaptasi, internasionalisasi dan eksternalisasi juga melanda seni sejak dulu. Wake up, it is called Globalization, rite? Lantas, kalau sudah terjadi sejak dulu, mengapa pada ribut tentang globalisasi? Oke, memang tidak sesederhana itu menggeneralisasi globalisasi, namun bila disebut pattern, mungkinkah ini suatu proses alamiah?




Kadang pengembangan kemapuan kontekstual ini luput dari perhatian orang-orang dalam usaha pengembangan kapasitas orang kreatif. Kita mengembar gemborkan Talenta. Talenta seperti apa? nah inilah salah satu unsur yang harus diinjeksikan kepada bibit-bibit talenta muda. Tulisan pendek ini memang tidak akan menuntaskan permasalahan, anggap saja pemanasan.


The Power of Context, saya ambil dari buku Malcolm Gladwell, The Tipping Point ( 2000) menceritakan tentang perilaku sosial yang mewabah (epidemiology of social behavior). Wabah (epidemic) yang dimaksud adalah suatu gejala sosial yang meluas yang dipicu oleh suatu faktor kecil namun berdampak besar (tipping point). Faktor kecil ini tentu sulit dicari, namun dialah asal usul suatu trend yang menular. Seperti virus, suatu ide atau produk harus mampu menular. Gladwell mengatkaan ada tiga faktor, The Stickiness Factor, Faktor Kekuatan Kontekstual (The Power of Context) dan The Role of a Few.

Saintis memiliki proses kreatif yang sama dengan seniman, hanya outputnya saja yang berbeda. Antropolog juga demikian. Antropolog adalah seorang pengamat yang rajin belajar dilapangan, ia mencatat dan mempelajari pola-pola dan sistim sosial dan kemudian menarik kesimpulan. Ia adalah orang yang dapat membaca suatu pola-pola acak dan mensintesakan menjadi suatu yang berkesinambungan. Pernah lihat Pembaca Kartu Tarot? Dengan kartu-kartu yang diacak, ia dapat membaca karakter seseorang. Desainer dan orang-orang kreatif lain juga memiliki instink ini. Inilah kemampuan terpendam membangkitkan imajinasi, kemampuan kontekstual. Tidak semua orang mau susah-susah berfikir seperti itu. Kadang manusia mengaktifkannya secara tidak sadar. Di era ekonomi kreatif, ini harus dibangkitkan secara sadar dan dijadikan senjata dalam melahirkan ide-ide baru. JADI, jangan takut tidak bisa melahirkan ide orisinil. Tidak ada ide yang berdiri sendiri. Sebuah ide terkait dengan ide yang lain dan terkait pada lingkungan dan juga terhadap sudut pandang orang. Manusia memiliki otak kanan yang mampu menciptakan keterkaitan kontekstual atara satu dan lain hal menjadi sesuatu yang saling berkesinambungan dan menjadi orang yang peka terhadap fenomena sekitar. Pertanyaannya adalah mampukan kita menyusun puzzle tersebut?




















Daniel L. Pink, penulis buku The Whole New Mind (2005) mengungkapkan bahwa di era kreatifitas ini, kita perlu melengkapi kemampuan high-tech dengan kemampuan konseptual tinggi (high-concept) dan sentuhan tinggi (high-touch). Pada era ini, bila ingin maju kita harus melengkapi kemampuan teknologi kita (high-tech) dengan hasrat untuk mencapai tingkat "high concept" dan "high touch". High concept adalah kemampuan menciptakan keindahan artistik dan emosional, mengenali pola-pola dan peluang, menciptakan narasi yang indah dan menghasilkan temuan-temuan yang belum disadari orang lain. High touch adalah kemampuan berempati, memahami esensi interaksi manusia, menemukan makna (klik). (gambar diatas adalah salah satu slide saya pada saat seminar di SBM-ITB)

Howard Gardner, penulis buku tentang kemampuan kognisi, yang populer dengan teori Kecerdasan Ganda (Multiple Intellegence) mengeluarkan lagi buku terbaru yaitu Five Minds of The Future. Dari lima pola fikir yang harus disiapkan, ada dua yang terkait dalam pembahasan kali ini yaitu:


  1. Pola Fikir Sintensa (The Synthesizing Mind) kemampuan mengintegrasikan ide dari berbagai disiplin menjadi kesatuan yang koheren dan mengkomunikasikan integrasi itu ke orang lain.
  2. Pola Fikir Kreasi (The Creating Mind) kemampuan untuk memecahkan dan memperjelas permasalahan baru, pertanyaan-pertanyaan dan fenomena-fenomena.

Thomas L. Friedman, penulis buku The World is Flat dalam pembahasan The New Middlers (maksudnya adalah orang-orang generasi baru yang mampu membuat dunia menjadi sangat dekat/flat) (klik) menyebut enam kemampuan wajib yang harus disiapkan oleh orang-orang yang ingin berlaga diarena pekerjaan (apapun pekerjaan itu). Yang saya bold adalah kemampuan-kemampuan mengkontekstualisasikan segala sesuatu:

  1. Great Collaborators and orchestrators
  2. The great synthesizers
  3. The great explainers
  4. The great leveragers
  5. The great adapters
  6. The green people
  7. The great localizers

Nah, dari petunjuk-petunjuk singkat ini, silahkan mulai aktifkan dan kerahkan imajinasi anda, pasang mata hati dan instink, carilah makna dari fenomena disekitar anda.

1 comment:

Anonymous said...

blogwalking yawww ... sipp,,